Kamis, 19 Mei 2011

Berhubungan Seks Pascalulus UN, Salah Kaprah

Salah kaprahnya para siswa dalam merayakan kelulusan Ujian Nasional (UN) 2011 dengan melakukan seks bebas, menurut psikologi, Dr Rose Mini A.P, MPsi, sudah melewati batas. Menurutnya, fenomena berhubungan seks dengan pasangan usai kelulusan diadopsi dari kebudayaan barat yakni Prom Nigth, tradisi merayakan kelulusan dengan pesta dan seks bebas.
 
 "Pemahaman tentang budaya kelulusan harus dijalankan dengan berhubungan seks dengan pasangannya, merupakan pemahaman yang salah. Itu budaya luar yang biasa disebut Prom Night. Pemahaman itu (tidak boleh berhubungan seks pascalulus) harus diberitahukan orangtua semenjak balita, bukan ketika sudah remaja," terangnya saat berbincang dengan www.today.co.id, di Jakarta, Rabu (18/5/2011).
 
Polemik pergaulan rusak tak terkontrol yang bermuara pada seks bebas di Indonesia memang sudah merambah dunia remaja. Seperti fakta meningkatnya penjualan kondom sehari sebelum pengumuman kelulusan UN di Kota Malang, Jawa Timur. Ironisnya, pembeli kondom bukan dari kalangan orang dewasa, melainkan dari para remaja yang diduga membeli untuk berhubungan seks sebagai perayaan kelulusan UN.
 
Fakta itu menjadi ironi di kebudayaan timur yang kental akan rasa malu dan larangan dalam adat istiadat. Untuk mencegahnya,  peran orangtua dalam memberikan pembelajaran mana yang salah dan benar mutlak dilakukan. Selain orangtua, katanya, peran guru dan sekolah dalam memberikan pendidikan moral harus sering dilakukan. "Untuk menghindari (berhubungan seks), sekolah juga harus membuat suatu acara setelah diumumkan hasil ujian nasional, seperti rekreasi atau semacamnya," katanya.
 
Namun, Dr. Rose menganjurkan yang harus disalahkan dan diberikan sanksi bukan hanya siswa yang membeli kondom untuk berhubungan seks, tetapi pada penjual alat kontrasepsi tersebut. Ia mencontohkan ketika seorang anak dibawah umur membeli bir atau minuman beralkohol, pemilik toko dilarang menjualnya.
 
"Banyak cara dalam memberikan solusi dan sanksi baik kepada siswa maupun penjual, tergantung bagaimana cara orangtua berpikir," tegasnya.
 
Sementara terkait kasus seorang siswi di Pamekasan yang merobek rok dan bertelanjang dada saat merayakan UN semari konvoi berkeliling kota menggunakan sepeda motor, menurutnya yang dilakukan siswa tersebut karena salah persepsi dan luapan kegembiraan yang berlebihan.
 
"Kemungkinan itu karena rasa bahagia yang berlebihan dari siswi-siswi dengan merobek roknya. Tetapi rasa berlebihan itu tidak wajar, harusnya mereka biasa saja dalam menanggapi kesenangan setelah tahu hasil UN," tandasnya. ( sumber Today. co.id ) diposting oleh BUDI.ES.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar